Lanun Pencuri Rembulan
Lanun Pencuri Rembulan oleh: Asyhadi Batubara Sejujur hujan yang mengisaratkan kedatangannya pada sekelabat mendung kelabu. S ecepat hitam yang menggantikan awan biru menjadi gunung abu-abu . Dan lanun senja pun beranjak pulang. B ersiap mencuri rembulan . “Aii! hendak kemana engkau Datuk Lanun? A ngin Barat belum mulai bertiup. Nekara Bulan [1] juga belum memberi pertanda melaut. Kapal-kapal dagang pun masih berlabuh di T eluk Bayur , apa yang hendak dirampok Datuk ? Merampok angin sepoi-sepoi? Haha ” Sutan Hamid tertawa mengejak. Terlihat benar rasa keberatan Sutan Hamid melihat Datuk Lanun bergegas meninggalkan permainan dadu yang sedang seru-serunya . Apalagi Sutan Hamid cukup banyak menderita kerugian dalam perjudian sore itu. Semakin geramlah Sutan Hamid pada Datuk Lanun, dan wajahnya pun merah padam pertanda emosi. Tapi Datuk Lanun seperti tiada peduli. Dengan perawakan tegapnya , tanpa komentar Ia berlalu bagai kapilah kehabisan wa