Mengenangmu, dalam waktumu yg singkat.


Kau seperti hantu. MengHantui dan meracuni jiwaku untuk berontak bergejolak seperti maumu. Pikirku kau sulap seperti pikirmu..Kau rangkai seperti tonggak tonggak revolusi. Sejalan dalam senyum, seiman dlm dosa..kita manusia. Kaupun pernah berkata tak sempurna, sama spertiku yg mangaku penuh khilaf dan dosa disaat sujutku berlinang air mata. setiap katamu ingatkan aku betapa kita harus berlari.. bertempur dlm perjuangan ini..kalah berati mati. waktu tak pernah mengasihani..begitu katamu. kau paksa aku untuk jadi putra ReVolusi.. spertimu. seperti mu yg terlahir dlm juang dan ruang pertempuran. kini aku ada pada masa dmn semuanya Merdeka, dan Revolusi dainggap hantu.. seperti kamu yg tingal nama pada sebuah batu.

banyak kubaca tentang dirimu. bukan sengaja pada pertemuan pertama. kutatap wajah kusammu yg terselip pada bau kutu busuk kertas tua berdebu kusam. kupikir kau membosankan, rupanya menyimpan banyak kejutan. lama mengenal belum juga aku paham. Manis katamu hanya ibarat hiasan bagiku. sedikitpun aku tak mampu menyelami Bara jiwamu yg bergejolak bagai Api. kini aku mulai mengerti..kau mulai meracuni, aku pun mengagumi.

kali malam itu kulewati lorong jembatan Sahidan menuju jalan pencerahan. samar samar terbersit lukisan liar akan wajahmu. kutatap lekat seakan menyapa apakah itu kamu. terheran..ada juga muda mudi yg mengenangmu. dalam malam Ia lukiskan wajahmu pada dinding dinding lorong jembatan yg kusam. dgn angkuh kau sorotkan wajahmu. tajam kau tatap lekat tiap tiap kami yg lewat. berharap kami akan mengingat.. bahwa hidup itu teramat singkat.

terselip kuat bergurat hitam sebait maklumat dibawah potretmu. berwarna hitam ia tuliskan sebait kata yg dulu pernah kau ucap, kau ucap saat malam menjamumu di kedai kedai kopi yg sepi..aku terhentak..sekan ia menusuk ke syaraf..terngiang bahkan lama tak hilang hilang..

"Mampus kau dikoyak-koyak sepi..sia sia"

tubuhmu tak sekuat puisi puisimu.. kau mati muda. namun karya karyamu akan terus hidup hingga bangsa ini menemuimu di surga.

AKU

Kalau sampai waktuku

'Ku mau tak seorang kan merayu

Tidak juga kau

Tak perlu sedu sedan itu

Aku ini binatang jalang

Dari kumpulannya terbuang

Biar peluru menembus kulitku

Aku tetap meradang menerjang

Luka dan bisa kubawa berlari

Berlari

Hingga hilang pedih peri

Dan aku akan lebih tidak perduli

Aku mau hidup seribu tahun lagi


Untuk mengenangmu.. dalam waktumu yg singkat, 1922 - 1949.

(satu lagi dari hati, by: Didi Ab)

Komentar

  1. mrinding kawan...aku bacanya....

    BalasHapus
  2. aku tau dimana lukisan dan tulisan itu berada., sekarang mungkin sudah ditima oleh lukisan dan atau tulisan yang lain., ahhh..
    mampus kau dikoyak-koyak sepi.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer