Kicau burung pagi ini


Kesedihan adalah keromantisan yang paling sakral.. dan tiada yang lebih putis dari sebuah ungkapan kebenaran. Keduanya indah berpadu dalam jingga menyentuh malam, lalu berpisah dalam gelap menyentuh fajar.  Adakah yang lebih indah diantara keduanya? Malam yang panjang terasa membosankan dibandingkan selintas senja dilangit jingga menjemput malam. Dan subuh yang kelam terasa pekat dalam gelap menanti pagi bersinar. Menanti  hidup bergeliat kemudian kembali merangkak pelan-pelan dalam keromantisan bahasa kehidupan. Saya kira begitu, tak ada yang lebih puitis dari sebuah ungkapan kebenaran dan tiada yang paling romantis melebihi sebuah kesedihan.

Aku adalah seoarang akademisi yang lebih suka berbicara dalam bahasa puisi. Aku rasa dengan begitu semua hal akan jadi lebih indah, lebih halus dan bergairah. Betapa indahnya bila kekuasaan diterjemahkan dalam bahasa-bahasa yang paling romantik. Bahasa ketulusan dan kejujuran. Dan sejarah akan berbicara begitu puitisnya bila diungkapkan dengan kejujuran, bukan dalam bahasa yang dibentuk berdasarkan rekonstruksi sejarawan yang berselingkuh dengan sang penguasa, lalu ia jadi sebuah kebenaran mutlak yang satu setan pun tak tau ada kebohongan dibalik sejarah masa lalu . Aku adalah seoarang akademisi yang lebih suka berbicara dalam bahasa yang romantik, terkadang sedikit melankolik. Yah..dengan begitu semua hal akan sedikit lebih indah, lepas dari kebohongan dan kemunafikan yang menjelma dalam keburaman yang aneh.

Mengenai soal-soal hari ini. Sepertinya kita mulai terjebak dalam kotak teletabis, telepisi yang ga abis abis..tak habis pikir aku dibuatnya. Anak manusia yang hanya mengerti satu bahasa. Bahasa modernitas dengan dialek bebas yang lalu dikomunikasikan dengan visual menarik, menarik yang melihat untuk meniru. Mengenai soal –soal hari ini, media jadi bahasa dunia, media jadi kiblat baru umat manusia. Isi kepala di isi dengan siaran-siran penuh intrik, drama dan kesadaran palsu yang berupa-rupa bentuknya. Ahh indahnya siaran hari ini, tak perlu berfikir. Semuanya terasa sama..gaya yang sama, jalan cerita yang sama, yah semua sama. Mungkin para kecoa dan lalat yang berterbangan melintas sambil tertawa melihat Tuannya terpukau terpana dengan sinetron yang tampil di layar kaca. Aku heran..teletabis jadi kiblat dan panutan yang membentuk keromantisan dan bahasa puitis kehidupan. Standar kata ada di Tipi, standar gaya ada di Tipi, standar norma di tipi, segalanya ada di Tipi, ditipu ama Tipi. Dan pada akhirnya semua dibentuk lewat kotak kecil teletabis yang kekonyolannya ga habis-habis. Dan ironisnya semuanya dianggap bagian dalam peran, sandiwara penuh kepura-puraan. Yah begitualah mengenai soal-soal hari ini. media bagai dewa, dipuja dan berkuasa atas ummat manusia. Mungkin kebenaran hanya ada dilangit. Bersemanyam dalam pangkuan matahari..dipeluk rembulan dalam malam yang sunyi. Menyentuhnya berarti membakar diri. Yah.. saya rasa begitu. Kebenaran itu seperti matahari, mencerahkan namun Panas membakar diri sendiri. Mau kah engkau menjadi matahari?

Atau Mungkin kebenaran hanya ada dalam malam yang panjang. Bersemanyam dalam pelukan rembulan, sepi..sunyi, sendiri dalam kebenarannya yang abadi. hingga pagi pun tiba, dan segala kebenaran akan berkeliauan, berkicauan seperti burung yang riang menatap hijaunya dedaunan.

Ada telepisi dengan kebenaran nya yang aneh. Ada media yang kebenarannya membuat kita bertanya-tanya. Ada aku, kamu dan mereka yang melihat semua itu. Yah begitu lah mengenai soal-soal hari ini. Aku pun masih bertanya, harus kah aku jadi matahari? Bila itu terjadi, sinarku akan begitu menyengat dihati. Aku juga takut bila sinarku terlalu terang hingga sejarah itu terbongkar. Lilin pun bisa terbakar, tenggelam dalam sinarnya demi sebuah cahaya yang pun masih remang-remang. Mungkin kamu yang harus menjadi matahari. bakarlah keberanianku yang membeku. terangi jiwaku yang masih meraba ragu dalam membaca bahasa-bahasa hidup yang puitik. bahkan setelah pagi tiba dengan terangnya aku pun masih bertanya-tanya.. kebenaran mungkin hanya ada di langit, tidak di pagi yang cerah ini dengan sejuta kicauan keresahan dan keanehan ditelepisi.

masih menanti pagi dengan sinar yang lebih terang lagi.. mungkin sedikit kebenaran akan berkilauan, berkicauan seperti burung yang riang menatap hijaunya dedaunan. 
hati hati.. bijaklah dalam memaknai...
                                                                  
                                                              Begitalah kicau burung pagi ini...
                                                                                  satu lagi dari hati. By:Didi AB

Komentar

Postingan Populer